Jumat, 26 November 2010

1.000 burung kertas…[Thousand Paper Cranes]

hmm,…..crita ini uda lama banget di keluarin sejak 1877, tapi crita ini masih tetap exist di tiap dokumen penggemarnya.
Ini merupakan Surat cinta yang konon ditulis tahun 1877 dengan message in a bottle. Seribu burung kertas dilipat seorang pemuda untuk kekasihnya sebelum perempuan itu meninggal.
Nih saya kutip lagi di blog ku karna critanya sungguh menarik dan mengesankan. I like this story. nice.

1.000 burung kertas…[Thousand Paper Cranes]

Sewaktu seorang pria dan seorang gadis baru pacaran, si pria melipat 1.000 burung kertas buat pacarnya,
menggantungkannya di dalam kamarnya. Si pria mengatakan, 1.000 burung kertas itu menandakan 1.000 ketulusan hatinya.
Waktu itu, mereka setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua…. Tetapi pada suatu saat, si pacar mulai menjauhi si pria. Si gadis memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis, ke Paris tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu.
Sewaktu si gadis mau mutusin si pria, si gadis bilang sama si pria, “Kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa….. Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya!! Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh, aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita nanti setelah menikah…!!”
Setelah si gadis pergi ke Perancis, si pria bekerja keras, dia pernah menjual koran, menjadi karyawan sementara, bisnis kecil, setiap pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun…
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya, akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan. Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada pacarnya, dia masih tidak dapat melupakannya.
Pada suatu hari, waktu itu hujan, si pria dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan. Dia mengenali mereka, mereka adalah orang tua pacarnya. Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri. Si pria ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang Bos.
Si pria mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang tua tsb. Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua org tua itu memakai payung, tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, si pria tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman! Dia melihat di atas papan nisan, foto pacarnya tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkannya dulu. Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup. Org tua pacarnya memberitahukan bahwa, pacarnya tidak pergi ke paris . pacarnya terserang kanker, pacarnya pergi ke surga. Bahwa si gadis ingin agar si pria menjadi orang, mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa ia berbuat demikian terhadapnya dulu. Pacarnya bilang dia sangat mengerti si pria, dia percaya kalau si pria pasti akan berhasil.
Pacarnya mengatakan, kalau pada suatu hari si pria akan datang ke makamnya dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Si pria langsung berlutut, berlutut di depan makam pacarnya, menangis dengan begitu sedihnya. Hujan pada hari Ching Ming itu terasa tidak akan berhenti, membasahi sekujur tubuh si pria. Dingin tidak terasa lagi, yang ada kepiluan hati..
Si pria teringat senyum manis pacarnya yang begitu manis dan polos, mengingat semua itu, hatinya mulai meneteskan darah… Sewaktu orang tua ini keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau si pria sudah membukakan pintu mobil untuk mereka. Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut:
“Hatiku tidak pernah menyesal, semuanya hanya untukmu 1.000 burung kertas, 1.000 ketulusan hatiku, beterbangan di dalam angin menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit, melewati sungai perak, apakah aku bisa bertemu denganmu? Tidak takut berapapun jauhnya, hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu. Masa lalu seperti asap, hilang dan tak kan kembali, menambah kerinduan di hatiku. Bagaimanapun dicari, jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah….”


Tidak ada komentar: