Sabtu, 29 Oktober 2011

Diabetes Melitus ( DM )


Apa itu ???

            Sejenis makanan kah itu ? atau salah satu spesies hewan ? atau jangan – jangan nama salah satu makhluk planet lain yang nyasar ke bumi ???  (pertanyaan yg terlalu bodoh untuk di aju’in)... Well, DM atau yg akrab di kenal Diabetes Melitus adalah sejenis makanan yang manis (halah, ngawur), gag kok, DM itu adalah nama salah satu penyakit yang menyerang manusia, penyakit ini konon lebih di kenal dengan sebutan “penyakit Gula” ... Yupz, penyakit gula, kenapa dibilang kayak gitu ??? cz, penyakit ini menyebabkan penderitanya memiliki kadar gula darah yang tinggi di dalam tubuhnya.
            Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau bahkan bisa kedua-duanya. Menurut WHO, penyakit ini merupakan penyakit pembunuh terbanyak ke-3 di dunia setelah Jantung dan Kanker. Nah, di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 20 juta orang menderita penyakit ini (data 2009), dan masih menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita DM terbanyak ke-4 setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penderita penyakit ini mengalami kenaikan 2,5 x lipat dari tahun – tahun sebelumnya.
            Peningkatan penderita penyakit ini, diduga akibat berubahnya pola hidup masyarakat, dimana pola makan di kota – kota (khususnya kota besar) telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, menjadi ke pola makan yang ke barat-barat’an, dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap saji (Fast Food) yang akhir ini sangat digemari, terutama oleh anak – anak ( Hayooo ... yang baca juga kand ?? yg nulis juga soalnya, xixiixixix). Selain itu, cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan / pendidikan (sekolah, kuliah ) dari pagi hingga sore, bahkan kadang – kadang sampai malam, sehingga menyebabkan tidak adanya kesempatan untuuk berkreasi atau berolah raga (sabtu – minggu, alibi untuk istirahat, bener gag ??) .

Sebelum kita lanjut ke gejala - gejala, nih aku ada video tentang penyakit ini .... Check This Out :


Ini juga Video tentang DM (animasinya lebih asyik sih, menurutku, hehehhe) ....



Nih ada juga tentang fungsi insulin di dalam tubuh .... 



Selasa, 25 Oktober 2011

Tujuan Hidup


Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh !!!

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan.
Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.

Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan.
Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya!
Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.

From My Mother With Love


Sebuah kado Istimewa dari Umi q tersayang di ulang tahunku yang ke 17th, (2 th yang lalu) yang mungkin bisa bermanfaat untuk semuanya juga ... :)

Surat umi untuk abah

Abah tersayang,
Hari ini gadis kecil kita sudah beranjak dewasa. Masih jelas terekam di benak umi, seorang gadis kecil yang cantik memakai topi lebar kemana saja, dengan badannya yang gempal, menggemaskan, dia selalu bilang, umi . . . minta’ mi-us.
Rasanya baru kemarin, ya . . . bah.
Kini gadis kita sudah 17 th. Tak terasa, dia betul-betul sudah menjelma remaja.

Abah tersayang,
Semoga gadis kita bisa seperti yang kita selalu harap dan doakan, ya. Menjadi gadis yang santun dan tahu, bahwa kita membesarkannya dengan rentangan kasih sayang, mencarikannya rezeki untuk bekal masa depannya, dengan tetesan air mata doa agar dia bisa menjadi buah hati kebanggaan kita.

Abah tersayang,
Umi bersyukur memiliki dia, gadis yang mandiri. Umi sadar, umi banyak kekurangan dalam mendidik dan menemaninya. Waktu umi sebagian tersita untuk pasien dan pekerjaan – pekerjaan umi. Semoga gadis kita tahu, bahwa semua ini kita lakukan untuk dia. Semua kelelahan ini, semua jerih payah ini, semoga gadis kita tahu . . .

Suara Hatiku ^,^



Cinta itu tumbuh karena terbiasa… terbiasa dekat…terbiasa ada…terbiasa bersama…terbiasa berantem.. terbiasa saling menyapa…terbiasa diberi perhatian…terbiasa saling mengobrol…hmm… Statment - statment ini sih emang yang sering kita alami.

Trus, Cinta itu teramat bening…saat ini tiada apapun…namun perlahan…tanpa kita sadari…dia sudah menjalar ke seluruh bagian jiwa kita..menguasai kita… awalnya mungkin kita akan merasa sebal dengan kehadirannya…terganggu oleh sms-sms isengnya….terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan anehnya…. namun…tanpa kita sadari…saat ia tiada…saat sms tak kunjung tiba…saat telepon tak berdering lama….????akan ada perasaan kehilangan….setiap saat melihat ke HP…menunggu deringnya…setiap saat melongok ke komputer…menunggu onlinenya….. 

Di bawah ini ada artikel yang ditujukan untuk para Ikhwan (cowo') n Akhwat (Cewe') tentang cinta Karena Allah ... 


Sabtu, 15 Oktober 2011

Ternyata ayah itu luar biasa!



Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..
Akan sering merasa kangen sekali dengan Umminya.
Lalu... bagaimana dengan Abi?
Mungkin karena Ummi lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Abi-lah yang mengingatkan Ummi untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ummi-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Abi bekerja dan dengan wajah lelah Abi selalu menanyakan pada Ummi tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……
Abi biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Abi mengganggapmu bisa, Abi akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Ummi bilang : “Jangan dulu Abi, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Ummi takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….
Tapi sadarkah kamu?

Our Happines, Our Sadnes, In SMANPALA ( SMAN 4 Lahat )


SMA Negeri 4 Lahat .... Itulah asal SMA q, sebelum memasuki dunia perkuliahan ... SMANPALA biasa orang - orang dan kami menyebutnya . SMPANPALA, suatu Sekolah Menengah Atas Negeri yang dapat di bilang unggul di antara sekoloah - sekolah lainnya di daerahku ( Kab. Lahat, Sumatera Selatan ). Sistem pemebelajaran di sekolah ini pun dapat dikatakan lebih ketat dari sekolah - sekolah lainnya. Bayangin aja, masuk sekolah itu pukul 06.45 WIB ( sekarang udah berubah jadi pukul 06.35, kta adek kelas q), trus kami melaksanakan Imtaq pagi, kemudian setelah melaksanakan imtaq, lebih kurang 30 menit, kami memulai proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini berlangsung dari pukul 07.15 WIB - 12.00 WIB, satu jam pembelajarn itu dihitung 50 menit (soalnya 10 menitnya untuk pindah ruangan "Moving Class" ) ^,^ . Setelah itu istirahat siang (Sholat Zuhur, makan + istirahat), sekitar pukul 13.30 WIB, kami melanjutkan kegiatan Bimbingan Belajar Sore (Bimbel sore) hingga pukul 15.30 WIB . Pada malam harinya, kami kembali lagi ke sekolah kami tercinta untuk melakukan bimbel malam. Bimbel malam ini dimulai dari pukul 19.30 WIB - 21.30 WIB, dan begitulah rutinitas kami setiap hari, dari pagi hingga malam. (Cape' kand ~,~") .. 

Now, q bakal menceritakan sedikit kisah - kisahku dan teman - temanku semasa kami bersekolah disana. 

Kisahku di sekolah ini dimulai ketika kami melaksanakan OSPEK. Kegiatan ospek ini berlangsung selama 2 minggu full (eits, tapi kegiatan ini tidak mengganggu jadwal kami belajar, soalnya OSPEK dilakukan setelah kami UN SMP, pada saat teman - teman lainnya sedang menikmati libur panjang mereka setelah UN SMP).  Pada saat OSPEK ini, kami di bagi menjadi 4 regu ( Diponegoro, SMB II, Cut Nyak Dien, Hasanudin ) kebetulan q masuk di dalam grup Diponegoro. Kalo gg salah sih, ada sekitar 120'an siswa baru waktu itu. Selama OSPEK ini, kami di wajibkan tinggal di Asrama (selama 1 th pembelajaran nui ), banyak kejadian n kegilaan yang terjadi saat ospek ini (sayang gg ad dokumentasinya T.T ) . Kami melakukan kegiatan ini dari pagi hingga malam, selama 2 minggu berturut - turut .( kayak cukup bahas tentang ospek, lanjut bahas waktu sekolah aja, lebih seru n FUN ) ... 


Let's Read again !!!











Jumat, 14 Oktober 2011

Jangan Bilang Cinta Padaku


Karya : Maiya Azyzna HR

Namaku Syifa Fauziah, umurku 15 tahun seorang siswi kelas 1 SMAN Purwodadi, eiiiitttt tunggu dulu Purwodadi disini bukan Purwodadi di Jawa Tengah, tapi Purwodadi di Sumatera Selatan.

Aku bersyukur mempunyai seorang ayah yang sangat peduli dengan pendidikan ketiga putrinya, aku anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak pertama dan kedua kuliah di Jogja, sedangkan aku, kelak jika lulus aku juga akan menyusul mereka. Dan sosok yang ku kagumi adalah sosok perempuan yang sangat berjasa dalam hidupku, ibu, ya almarhumah ibu, meski kini ia tak bersama di tengah-tengah kami, tapi cinta kasihnya akan tetap ada, sejak kelas 1 SMP ibu pergi menghadapNya, dulu aku yang manja, kini berunbah menjadi sosok gadis yang tiap hari terus berusaha mandiri.

Serimg ku merasa iri dengan teman-teman sekelasku, terlebih Vivi, Dian, dan Sarah, ketika mereka menceritakan kedekatan dan kegiatan yang mereka lakukan bersama dengan ibunya, saat itu aku merasa menjadi orang yang paling malang, tapi bukankah kematian itu sesuatu yang pasti? Ada perjumpaan, tentu pula ada perpisahan. Begitu pula ada kehidupan, tentu saja juga ada kematian. Jika berfikir sempit, tentu saja tidak akan pernah maju, dan menganggap semua pemberian dariNya sama sekali tidak berarti, padahal semua itu salah, pastilah ada hikmah disetiap kejadian, dan kini aku merasakan hikmah yang tiada tara itu.

“Syifa”
Suara nyaring Vivi mengagetkanku yang tengah menikmati model, makanan khas daerah kesukaaanu di kantin sekolah.
“Kalian kenapa kok lari-lari?”
“Kamu dapat salam” Sarah menimpali
“Salam?” Tanyaku
“Iya, salam, dari Mas Rudi” Kali ini giliran Dian yang berbicara
“Owww, Wa’alaikumsalam” kataku datar
“Kok Cuma ‘Owww, Wa’alaikumsalam’??????” Komentar Vivi, Sarah, dan Dian. Mereka saling berpandangan, kali ini giliranku yang heran karena komentar mereka.
“Emangnya ada yang salah?”
“Salam balik apa nggak nih?”
Keningku berkerut mendengar kalimat Dian. ‘Duuhhh, sepertinya ada udang dibalik rempeyek’ pikirku dalam hati, sambil tersenyum, rempeyek kan enak dimakan, ini salam kan nggak enak dimakan. Husshhh, Fa, Fa, udah mulai ngaco lagi.
“Tolong bilangin ke dia, jazakallah khairan katsir atas pemberian novel Bidadari-Bidadari Surga kemarin, novelnya bagus, banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut”
“Waaahhhh, ciieeeee, Syifa dikasih novel ni yee. Okeylah, nanti malam aku bilangin ke dia. Oya Fa, nanti malam kan ada kajian gabungan di desa kita, tuan rumahnya di desaku, kamu berangkat apa nggak?”
“Kajian?” Tanyaku penasaran
“Iya, kajian, minggu kemarin udah diumumkan kok”
‘Minggu kemarin aku nggak berangkat, oya di rumahnya siapa?”
“Di rumahnya Mbk Nur”
“Insya Allah nanti malam aku berangkat, ba’da maghrib kan?”
Vivi mengangguk.
Jika nanti malam aku berangkat pasti aku akan bertemu dengan dia, sang wakil ketua IRMAS dusun 3 Jamburejo, padahal sebisa mungkin aku sudah menghindar agar tak bertemu dengannya. Apa kajian gabungan ini hasil pemikirannya??? Astaghfirullah. Nggak boleh su’udhzon gitu Fa, ambil hikmahnya, kan bagus remaja desa jadi ada kegiatan Tiap minggu, meski ada mudharatnya juga, acara kajian ini jadi alasaan untuk PDKT alias pendekatan dengan remaja antar desa.

* * *

Sudah dapat diduga, kajian semalam berlangsung seperti apa.
Bagaimana bisa maju jika pemudanya seperti itu?
Duuuhhh, kawan, hilangkanlah sifat kekanak-kanakan itu, jangan jadikan acara yang mulia namun berubah jalur, akhirnya jika bukan ajang pencarian pasangan lebih tepatnya lagi pacaran, ya pacaran sebagai alternative masuknya dosa dan maksiat.

Hembusan angin menyegarkan tubuhku, cuaca minggu siang hari ini begitu panas, kuteguk secangkir air es yang baru kuambil, sejak kemarin bapak sedang tidak dirumah, ada tugas di Palembang, coba jika saat ini ada ibu, tentunya bisa sambil cerita dengannya.
‘Ah, andai ibu masih ada’
Astaghfirullah, tidak boleh berfikir seperti itu Fa, ingat ‘tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati’ segera kutepis rasa itu.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam, eh kalian bertiga”

“Haiyo, Syifa, sedang melamunkan siapa?” Goda Dian

“Ah, nggak kok”

“Mas Rudi ya?” Kali ini giliran Vivi

“Ciieeee, Syifa, lagi jatuh cinta ne ye” Tambah Sarah.
Aku hanya tersenyum mendengar celetukan mereka, akhirnya, jadi ramai lagi.

“Fa, kami kesini mau merampok rambutanmu, hehehe” Vivi memulai

“Iya, Fa, boleh kan?” Tambah Dian dan Sarah bersamaan

“Monggo, silakan sekalian sama batangnya juga dibawa ya, hehehe” Ucapku pada mereka. Aku segera kedapur, menyiapkan sup buah untuk mereka, Sarah langsung memanjat pohon rambutan yang tingginya hanya 5 meter namun buahnya lebat dan manis, Dian yang mengumpulkannya, dan Vivi yang sibuk memakannya, hehehe, tingkah laku ketiga sahabat ini memang berbeda namun tetap memberikan warna dan dapat disatukan dengan ide-ide mereka, meski prinsip mereka berbeda, ya, jangan jadikan perbedaan itu sebagai penghalang tapi jadikanlah perbedaan itu sebagai pelengkap dan perekat suatu hubungan, ya hubungan persahabatan kami berempat, genk KARA yang artinya Sinar Cahaya.

“Fa, sosok cowok seperti apa yang kamu pengenin tuk dijadikan pacarmu?” Pertanyaan dari Vivi dilontarkan padaku ketika kami sedang menikmati rambutan dan sup buah. Vivi, ia sahabat yang paling dekat denganku diantara ketiga sahabatku yang lain, ia juga tetangganya Mas Rudi, ikhwan wakil ketua IRMAS.

“Iya Fa, penasaran banget” Timpal Sarah

“He eum, usiamu sudah 16 tahun, sudah kelas 2 SMA lagi, tapi belum pernah pacaran.” Kini giliran Dian.

“Vivi aja satu nggak habis-habis, sejak kelas 2 SMP pacaran sama Eko.” Ujar Sarah

“Lah, emang makanan?” Komentar Vivi “Jangan mau kalah sama Sarah, Fa, dia aja sudah pacaran 5 kali, lama-lama dia jadi play girl, atau kayak Dian, tiap cowok yang nembak diterima tapi selang beberapa hari udah nggak ada kabarnya.” Tambah Vivi

“Eeehhmmm.., yang kuinginkan tentunya bukan Rizal pacarmu yang paling setia Vi, atau si Marwan salah satu mantannya Sarah, bukan pula Wardoyo anak brondong mantannya Dian, hehehe.”

“Yaahhh, serius dong, Fa” Gerutu mereka bertiga, Dian sudah siap dengan timpukan ke lenganku, tapi kali ini dia tak berhasil karena aku buru-buru mengelak, hehehe, dia pasti gemes denganku karena mantannya yang brondong ikut-ikut disebut.

“Lho, siapa yang bercanda? Aku serius lho. Bukan sosok laki-laki yang kuinginkan untuk menjadi pacarku, tapi sosok laki-laki yang akan menjadi imamku.”

“Waahhh, udah mau nikah ni, Fa? Vivi keduluan dong, hehehe” Canda Sarah.
“Bener-bener nggak mau pacaran?” Tanya Vivi, akupun mengangguk.

“Kalau nggak pacaran gimana mau dapat jodoh, Fa?” Celetuk Dian

“Gimana nikahnya kalo nggak pacaran, masa nggak saling mengenal dulu kan dengan pacaran bisa penyesuaian dan penjajakan?” Sarah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Jodoh, rezeki, maut Allah yang mengatur dan menentukannya, kamu Vi, benar-benar yakinkah Rizal adalah jodoh yang ditentukan Allah untukmu?” Vivi terdiam. “Dian dan Sarah, nah contoh konkret dari kalian berdua, saling mengenal, penyesuaian dan penjajakan? Lalu kenapa setelah pacaran beberapa hari/bulan malah putus? Sob, pacaran itu bukanlah suatu proses yang jujur dan adil, sebaliknya pacaran adalah proses kamuflase, menutupi kelemahan dan melipatgandakan kelebihan. Tetntu Vivi, akan mengelak, karena kamu sudah berpacaran dengan Rizal selama 4 tahun, sudah mengenal banyak tetang dia pastinya, tapi apa yakin itu adalah sifatnya yang asli, maaf lho Vi, bukan berarti aku menganggap Rizal bukan seorang cowok yang baik.

Jangan berharap mendapatkan data-data kelemahan dari sang pacar, karena tidak mungkin data itu keluar dari mulutnya. Mana mungkin ia akan mengatakan kejelekannya sendiri, sebaliknya ia akan mengobral rayuan dan kelebihan-kelebihan bombastis yang hanya besar dimulut tapi kecil di kenyataan. Lalu bagaimana mau penjajakan kalau akhirnya pacaran hanyalah sebuah proses kemunafikan, menipu diri sendiri, dan berlaku seperti orang lain? Coba, sekarang Tanya dengan diri kalian sendiri, bersikap seperti itukah terhadap pacar dan mantan kalian?” Kupandangi satu persatu wajah sahabatku, Vivi diam merenung entah apa yang dipikirkannya, Sarah mengaruk kepalanya yang tidak gatal, Dian senyum-senyum sendiri.

“Hei, kok malah pada gini sih, ayo, diminum sup buahnya, nanti esnya keburu mencair.” Aku berusaha memecah kebisuan diantara kami. Seteguk demi seteguk kami meminum sup buah.

“Dan sosok laki-laki yang kuinginkan kelak untuk menjadi suamiku ia adalah sosok laki-laki yang berakhlak mulia, berbudi pekerti sempurna, dan setaqwa Nabi Muhammad, ia juga sekaya Nabi Sulaiman, yang meski ia kaya ia tetap tidak sombong, ia juga kaya hati, namun tetap bersifat rendah hati, ia menggunakan hartanya di jalan Allah, ia juga laki-laki yang gagah, segagah Nabi Musa, dan ia juga tampan, setampan Nabi Yusuf, tidak hanya tampan fisik tapi perilakunya juga sangat tampan.”

“Haaaahh..,,,???” Ketiga sahabatku pun terbengong, mulutnya terbuka, kemudian tertutup dan terbuka lagi hingga beberapa kali, mungkin jika saja ada lalat atau binatang lain yang lewat dan mampir ke mulut mereka pasti mereka langsung kenyang, hehehe.., hussshhhh..,

“Meski aku bukanlah seorang perempuan yang mempunyai ketegaran seperti Asma binti Abu Bakar, tidak pula setabah Asiyah istri Fir’aun, juga memiliki kesabaran yang amat tinggi seperti Siti Maryam ketika menerima celaan, bukan pula Siti Hajar yang tak mudah putus asa. Mereka juga manusia, sama seperti kita, jadi aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang terbaik agar aku juga layak mendampingi sosok laki-laki seperti yang ku inginkan, karena jodoh kita kelak adalah cerminan dari pribadi kita.” Aku tersenyum lagi saat memandangi mereka, duuhh, sahabatku, andai kalian bisa mengerti kenapa pacaran itu tidak baik untuk kalian, dan tidak diperbolehkan dalam Islam, lebih banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. ‘Rabbi, semoga Engkau memberikan sepucuk hidayah untuk ketiga sahabatku ini, Aamiin’ bisik hatiku.

* * *

Suara ketukan pintu seketika menghentikan tilawahku. Aku lihat jam di dinding kamar, jam 18.45, bapak belum pulang, apa itu Pakde Burhan tetangga depan rumah? Segera ku lepas mukenaku, kuambil kerudung dan langsung kukenakan.

“Assalamu’alaikum” Terdengar suara ikhwan ketika aku membuka pintu.

“Wa’alaikumsalam, oh Mas Rudi, nyari bapak ya? Maaf, bapak sedang dipalembang, Jum’at sore baru pulang ke Jamburejo.” Aku masih berdiri didepan pintu.

‘Oh, nggak kok, ada sedikit perlu denganmu.”

“Oh. Begitu, ada perlu apa ya?” Aku masih belum mempersilakannya masuk kedalam. “Oya, silakan duduk dulu.” Sengaja aku mempersilakannya duduk dikursi luar, karena aku tidak mau jika kami hanya berdua didalam rumah sedang kami bukan muhrim, ya meski dia datang bersama temannya, Heri namanya, anak Pak Kadus dusun 3, tapi Heri menunggu di motornya. Untung rumah Pakde Burhan pintunya terbuka, di balik pintu rumahnya terdengar suara gelak tawa.

“Oya, tadi katanya ada perlu, perlu apa ya? Maaf karena besok hari senin, ada upacara jadi besok harus berangkat lebih pagi.” Langsung kuutarakan ketidaknyamanan, ku kepadanya, Alhamdulillah, sepertinya ia memahaminya.

“Ehhm, begini Fa” Ia membenarkan posisi duduknya. “Tapi jangan marah ya”

“Insya Allah” dasar kaum adam pasti akan bilang 'tapi jangan marah ya' nggak kreatif, hehehe. Entah apa yang ingin diucapkannya, aku masih menunggu, sesekali terdengar suara nyamuk berdengung didekat telingaku, rasanya tangan ini gatal untuk menepuk nyamuk itu, namun kuurungkan niatku.

“Sejak pertama mengenalmu, diacara kajian mingguan tahun lalu, ketika kamu masih kelas 1 SMA, aku.., maaf karena aku mengagumimu, aku mencintaimu Fa, Maukah kamu jadi pacarku? Tidak perlu dijawab sekarang kok”
Deg, kalimat itu terdengar seperti petir yang menyambar tubuhku, ‘aku mencintaimu Fa, Maukah kamu jadi pacarku?’ kalimat yang baru saja diucapkannya menyayat hatiku. Aku mencoba tersenyum meski terasa berat.

“Besok malam” Gumamku

“Ya?” Ia mengerutkan dahi

“Jawabannya besok malam” Bisa saja aku langsung menjawabnya, tapi itu tidak kulakukan, aku ingin mereka segera pamit pulang.

“Oh, begitu, baiklah, besok malam aku kerumahmu, ba’da maghrib.”

“Selasa malam kesininya tolong ajak Vivi” Ucapku, ia mengangguk, kemudian mengucapkan salam, ku tutup pintu rumah, adzhan maghrib berkumandang, memecahkan kesunyian malam, terdengar suara jangkrik di malam hari.
Aku segera mengambil air wudhu, ku basuh wajahku yang begitu lelah, setelah terkena air wudhu rasanya begitu sejuk.

‘Rabbi, bukan ini yang kuinginkan’ aku mengadu dalam do’aku. Aku bersimpuh, larut dalam tangisku, entah berapa lama aku menangis.
Terasa belaian tangan lembut, ya seperti belaian tangan ibu.
Aku menoleh, di sampingku ada ibu, ia membelaiku dengan lembut, segera ku peluk ibu, rasa rindu yang bertahun-tahun ku pendam, kini ibu ada disampingku, aku menangis dipelukannya, sungguh tersa hangat, ia menyeka air mataku. 3 tahun ibu tak melakukan hal ini, 3 tahun sejak kejadian itu, kejadian yang merubah hidupku, hidup keluargaku, 3 tahun sejak kepergian ibu menghadap Illahi Rabbi.

“Ibu, Syifa rindu ibu” Ucapku disela isak tangisku.

“Ibu, juga merindukan Syifa, kamu sudah sekarang sudah dewasa, nak.” Ibu tersenyum, ia masih membelaiku. Sungguh, ini seperti nyata, ‘Rabbi, jika ini mimpi, jangan bangunkan aku’

“Ada yang menganggu pikiran, Fa?” Tanya ibu, suaranya begitu halus, terpancar kasih saying dari suaranya. Ah, ibu, andai tiap hari kita seperti ini.

“Karena ikhwan?” Tanya ibu lagi, aku hanya mengangguk, kubenamkan wajahku dipangkuannya, Subhanallah, aku baru sadar jika tubuh ibu begitu harum. “Tapi, kenapa menangis?”

“Apa rasa cinta harus diungkapkan?” Ibu tersenyum, ku tatap wajah ibu, teduh, sungguh teduh, aku akan sangat bersyukur jika bisa menatap wajahnya tiap saat, wajahnya bersinar, ia nampak begitu semakin cantik.

“Ketika cinta tidak diungkapkan dengan perkataan, maka ia akan diungkapkan dengan bahasa tubuh, bahasa jiwa yang meyiratkan ia mencintai pujaan hatinya. Kenapa harus diungkapkan?
Cinta akan diungkapkan, saat pujaan hatinya merespon namun tidak mengerti bahasa cinta yang ia suguhkan.”

“Maksud ibu?”

“Begini, seandainya ada ikhwan yang menaruh hati pada Syifa, ia telah menunjukkan dengan bahasa tubuh dan jiwanya, dengan perilaku dan perhatian yang ia berikan, dan Syifa pun merespon, tapi Syifa tidak mengetahui maksud dari bahasa tubuh ikhwan iu, jadi karena ia sudah tidak mampu lagi untuk memendam perasaannya, maka ia pun mengungkapnnya.”

Berulang kali aku mencermati kalimat ibu, ‘Cinta akan diungkapkan, saat pujaan hatinya merespon namun tidak mengerti bahasa cinta yang ia suguhkan’, aku terus memutar otak, ‘apa aku merespon perhatiannya?, tapi aku menganggapnya sebagai kakak, tidak lebih dari itu. Apa aku terlalu dekat dengannya? Rabbi..,’

“Ibu, tapi Fa hanya ingin orang yang pertamakali mengungkapkan cinta ke Fa adalah orang yang sudah halal untuk, Fa, bukan dia, Syifa tidak ingin dia bilang cinta pada Fa"

“Syifa, anakku, kita hidup didunia ini tidak hanya sendiri, itulah gunanya saling menghargai, hargailah ia, meski apa yang telah ia lakukan telah menyakiti Syifa. Ibu tahu apa yang sedang kamu pikirkan, dan yang akan kamu lakukan”

“Ibu jangan pergi lagi ya, Syifa masih butuh ibu” Aku tertidur dalam pangkuan ibu, nyaman sekali, sudah lama aku tak merasakan ini.

‘Mencintai dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah ceria kadang merana itulah rasa cinta

Berlindunglah pada Alloh dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya
Menipu daya dan melenakan sadarilah wahai kawan’

Perlahan-lahan ku buka mata, kulihat jam dinding dikamarku, jam 4.45, sebentar lagi adzhan subuh, sambil membuka mukena yang kukenakan untuk sholat Isya’ semalam, aku menoleh kekanan dan kekiri, ku cari-cari, namun tak ada. Subhanallah, semalam ternyata hanya mimpi namun begitu nyata, ah ibu, engku selalu hadir disetiap aku membutuhkanmu.

‘Bismillah, semoga hari ini berjalan lancar, nanti malam ketika memberikan jawaban itu aku juga tidak boleh menyinggung perasaan sahabatku dan dia, keep hamasah Fa'

* * *

Vivi duduk disampingku, kami bertiga masih membisu, tak ada kalimat yang keluar.
“Sesuai yang Syifa janjikan semalam. Boleh aku bertanya?” Mas Rudi mengangguk.

“Cinta itu seperti apa?” Entah, akukenapa aku ingin bertanya seperti itu pada dia.

“Jalaludin Rumi pernah berkata,

Cinta mengubah kepahitan menjadi manis
tanah dan tembaga menjadi emas
yang keruh menjadi jernih
si pesakitan menjadi sembuh
penjara menjadi taman
derita menjadi nikmat
kekerasan menjadi kasih sayang

Tidak setiap kita berhak dicintai
karena syarat dicintai adalah akhlak dan keutamaan
namun ambil bagianmu sebagai pecinta dan nikmatillah
Jika dirimu tidak menjadi yang dicintai
maka jadilah yang mencintai

Syifa berhak dicintai oleh siapapun, Syifa tidak hanya cantik fisik, namun hati Syifa juga cantik, Syifa mempunyai akhlak yang bagus, Syifa tidak mau berkhalwat dengan ikhwan yang bukan muhrim. Syifa juga yang telah merubah pmikiranku tentang gadis di desa kita, bahwa mereka hanya mengutamakan fisik, namun tidak dengan ibadah mereka.”
Aku tersenyum mendengar kalimatnya, ya tapi satu hal yang tidak kusuka darinya.

“Sebelumnya Syifa minta maaf, bukan maksud Syifa menyakiti hati Mas Rudi, tapi maaf, Syifa tidak bisa menerimanya. Tentunya Mas Rudi sudah mengetahui jika dalam Islam pacaran tidak diperbolehkan, selama ini Syifa menganggap mas Rudi sebagai kakak, Mas Rudi juga tidak bisa menjamin kan, jika kelak kita berjodoh. Seandainya ita pacaran, kemudian kita putus, seperti yang terjadi pada teman-teman Syifa dan anak-anak remaja didesa kita, jika mereka sudah putus biasanya akan menjadi musuh, Mas tidak mau kan hal itu terjadi jika kita bermusuhan? Aku juga tidak ingin, kelak jika aku pernah berpacaran dan suamiku kelak bukanlah ikhwan yang pernah menjadi pacaru, maka aku akan sangat merasa bersalah pada suamiku, karena hati ini sudah ada yang pernah mengisinya, kata orang tidak mudah melupakan cinta pertama ataupun pacar pertama, aku tidak mau hal itu terjadi. Kita masih tetap akan bersahabat kok, semoga Mas segera menemukan pendamping yang lebih baik daripada Syifa”

“Terimakasih Fa, tapi aku akan tetap menunggumu”

“Monggo, jika itu keinginan Mas Rudi, tapi alangkah lebih baiknya jik hal itu tidak terjadi” kulihat ada sedikit raut kekecewaan dalam wajahnya, mungkin ini pertamakalinya ia ditolak perempuan, tapi ini juga pertamakalinya bagiku untuk menolak laki-laki dan pertamakainya pula ada laki-laki yang mengatakan cintanya padaku, Ah, andai ini tak terjadi, aku ingin laki-laki yang pertamakalinya mengatakan cinta padaku adalah suamiku sendiri. Benar kata almarhumah ibu, aku harus bisa lebih menghargai keinginan orang lain, tidak hanya memikirkan keinginanku sendiri.

* * *

“Fa, aku ingin seperti kamu” Tiba-tiba Vivi mengatakan itu. Tumben Vivi mala mini mau menginap dirumahku, tadi ketika Mas Rudi pamit pulang, Vivi mengatakan bahwa ia akan menginap denganku.

“Ya, Vi?”

“Kamu benar, bahwa pacaran itu menjadi salah satu pintu masuknya dosa, hari ini aku putus dengan Rizal”

“Putus?” Vivi mengangguk.

“Karena ketika aku bertanya kapan dia akan menikahiku, dia malah menjawab ‘sayang, kenapa mikir nikah, kita nikmati saja dulu pacaran kita’ hatiku sakit Fa, ternyata selama ini dia hanya ingin bersenang-senang denganku. Aku tidak ingin berpacaran dengan dia lagi.” Vivi mulai terisak, bicaranya penuh emosi.

Aku bersyukur karena ia telah sadar, bahwa pacaran hanya akan mendatangkan banyak mudhorot, tapi aku juga sedih dia dipermainkan dengan Rizal.

“Vivi, Alhamdulillah, akhirnya kamu menyadari hal itu. Insya Allah Vivi akan mendapatkan ganti yang lebih baik dari Rizal, Vivi tidak akan berpacaran lagi kan?”

“Untuk saat ini aku nggak mau pacaran lagi Fa,”

“Untuk saat ini?” tanyaku, alisku berkerut. “Berarti nanti kalau sudah hilang rasa sakitnya Vivi mau pacaran lagi dong.” Candaku

“Ah, Syifaaaaaaaaaa” Vivi tidak jadi menangis tapi malah teriak

“Aaawwwwww, sakiiiiiittttttt” senyumku menjadi jerit kesakitan, ternyata aku terlambat mengelak dari serangan tonjokan bertubi-tubi tangan Vivi di lengaku, aku meringis, tapi juga tersenyum.

Rabbi, jangan pernah lelah memberi kami hidayah.
Semoga aku tetap istiqomah dengan prinsipku ini, karena cinta yang halal hanya untuk suami istri, aku tak ingin jatuh cinta, jangan biarkan aku jatuh kedalam lubang cinta, jangan sampai sakit karena cinta, biarkan aku membangun cinta, menuju RidhoMu bersama pasangan tulang rusuk yang telah Engkau pilihkan untukku.
Aamiin.

-------------------------------------------------TAMAT-----------------------------------------------http://www.facebook.com/notes/strawberry/jangan-bilang-cinta-padaku/10150408988780180