Udah lama banget gag nulis di blog ini ... nah untuk kali ini aku pengen ngebahas yang namanya Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar.
Ini apa sih ??? Ca Colon adalah suatu
bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di
negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi,
dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat.
nah, dibawah ini aku bakal bahas satu
persatu, mulai dari etiologinya sampe' ke penatalaksanaan dan prognosisnya,
biar kita semua jadi lebih paham dan lebih bisa terhindar dari penyakit ini
...
A. ETIOLOGI
1. Pola
makan
-
Konsumsi lemak hewani dan minyak yang
tinggi. Pencernaan lemak hewani diduga menyebabkan peningkatan proporsi anaerob
mikroflora usus sehingga konversi asam empedu normal menjadi karsinogen.
-
Konsumsi makanan rendah serat. Konsumsi
makanan tinggi serat dapat mempercepat waktu transit usus sehingga
mempersingkat waktu pajanan karsinogen potensial serta meingkatkan massa fekal.
2. Faktor
genetik
Poliposis
coli, yaitu munculnya ribuan polip adenomatosa diseluruh usus besar. Diturunkan
secara dominan autosomal dimana terjadi mutasi genetik sehingga gen penekan
tumor menghilang.
3. Penyakit
radang usus
Kolitis
ulseratif yang diderita selama > 10 tahun akan meningkatkan resiko
terkena Ca colon.
4. Polip
colon yang berkembang menjadi Ca karena adanya perubahan molekuler sehingga
pola proliferasi mukosa kolon mengalami progresi menjadi polip kemudian menjadi
karsinoma.
5. Lingkungan
yang banyak mengandung radikal bebas, contohnya pabrik
6. Diet
rendah kalsium dan rendah vitamin C
B. FAKTOR
RESIKO
1. usia
>50 tahun
2. adanya
polip pada colon, khususnya jeis adenomatosa
3. Riwayat
Ca colon, telah diobati namun dapat kambuh lagi, wanita yang pernah terkena
kanker ovarium, uterus atau payudara.
4. Faktor
keturunan, adanya keluarga penderita Ca colon
5. Penyakit
kolitis ulseratif yang tidak diobati
6. Pola
hidup: merokok, peminum alkohol, konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah
serat, kurang olahraga
C. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi
kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya
perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam
penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi
Gejala lokalnya adalah :
·
Perubahan kebiasaan buang air .Perubahan frekuensi buang air,
berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
·
Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi
sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses).
Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal
·
Perubahan wujud fisik kotoran/feses
Feses bercampur darah
atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar, feses bercampur
lender. Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya
perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
·
Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar,
terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
·
Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
·
Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena
kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti
kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina
(keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini
terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas
penyebarannya
Gejala umumnya adalah :
·
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang
paling umum di semua jenis keganasan)
·
Hilangnya nafsu makan
·
Anemia, pasien tampak pucat
·
Sering merasa lelah
·
Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
Gejala penyebarannya adalah :
Penyebaran ke hati, menimbulkan gejala :
v Penderita tampak kuning
v Nyeri pada perut, lebih
sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati
v Pembesaran hati, biasa
tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
Timbul suatu gejala lain
yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah
akibat penyebaran kanker.
Gejala Kanker kolon kanan :
-
Isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut.
-
Sedikit kecenderungan menimbulkan
obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer.
-
Anemia akibat perdarahan sering terjadi,
dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu
tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik).
-
Mucus jarang terlihat, karena tercampur
dalam feses.
-
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.
-
Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
Gejala Kanker kolon kiri
dan rectum :
- Perubahan
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.
- Diare,
nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.
- Karena
lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.
- Feses
dapat kecil dan berbentuk seperti pita.
- Baik
mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
- Dapat
terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.
- Pertumbuhan
pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena,
menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
- Hemoroid,
nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat
timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.
- Gejala
yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah
D. PATOFISIOLOGI
Perkembangan
genetik tahap perkembangan tumorigenesis kolorektal
1. epitel
usus
2. adenomatous
polip tumbuh tidak terdeteksi K-ras sampai gejala-gejala muncul perlahan
3. polip
ganas merusak jaringan normal dan meluas kedalam struktur sekitarnya
4. meluas
kedalam lumen usus besar/menyebar ke limpa/ pada sistem sirkulasi→pembuluh
darah pada usus besar melalui limpa kesirkulasi darah→metastasis
keparu-paru,kelenjar adrenal,ginjal,kulit,tulang,otak,peritoneal
Kanker kolon dapat menyebar melalui
beberapa cara yaitu :
· Secara
infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke
dalam kandung kemih.
· Melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
· Melalui
aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan
darah ke system portal.
· Penyebaran
secara transperitoneal
· Penyebaran
ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek
sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada
dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan
abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
E. DIAGNOSIS
1.
Anamnesis
-
Perubahan pola defekasi
-
Frekuensi BAB
-
Konsistensi tinja
-
Konstipasi
-
Berak lendir dan hematochezia
-
Tenesmus
-
Nyeri perut (kolik/ menetap)
2.
Pemeriksaan fisik
-
Teraba massa di rongga abdomen
-
Tanda obstruksi
-
Darah dan lendir pada rectal toucher
-
Penurunan berat badan
- Pemeriksaan penunjang
-
Biopsi
-
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi
sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan
dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna.
-
Carcinoembrionik Antigen
(CEA) Screening
-
CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada
permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker
serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi
rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik
untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Tingginya nilai CEA
berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan
kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan
faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna
pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.Tes CEA sebelum operasi sangat
berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan
meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk
identifikasi awal dari metatase karena sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan
naiknya nilai CEA.
-
Tes Occult Blood atau Tes
darah samar
-
Digital Rectal Examination
-
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,
posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat
diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian
anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai
akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi
jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker
kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara
yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja
diabaikan.11,14
-
Barium Enema
-
Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai
double kontras barium enema yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi
polip yang berukuran >1 cm.
-
Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk
menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker
dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.
F. TATALAKSANA
Medika
mentosa:
1. Penelitian pada pasien familial poliposis dengan
menggunakan :
- Sulindac
·
Sulindac
merupakan sulfoxide prodrug. Siklus enterohepatic mencapai 12-16 jam
·
Dosis: 150 mg
·
Indikasi
:penyakit rematik, sulindac menekan familial intestinal polyposis sehingga
menghambat perkembangan kanker kolon, payudara dan prostat.
·
Efek samping
: gagal ginjal reversibel, sindrom nefrotik, sindrom steven johnson,
trombositopenia dan agranulositosis juga bisa terjadi. Gangguan hati
cholestatix yang menghilang jika obat dihentikan.
- Aspirin
·
Secara
klinis dikenal sebagai acetylsalicylic acid
·
Dosis : 325
mg/ hari selama 1 tahun
·
Indikasi :
nyeri menengah, demam, maupun bermacam kondisi inflamasi lainnya selain itu
juga digunakan untuk mengurangi formasi, ukuran dan jumlah dari polip; dan
menurunkan insiden dari kanker kolorektal, baik pada kanker kolorektal familial
maupun non familial.
·
Efek samping
:ulcer pada lambung dan duodenum sedangkan keracunan hati, asma, ruam, dan
keracunan ginjal lebih jarang terjadi. Perdarahan gastrointestinal atas pada
penggunaan aspirin berhubungan dengan gastritis yang erosif. Makin tinggi
dosisnya, makin besar perdarahannya. Namun, pada banyak pasien bisa terjadi
adaptasi mukosa. Ulcer bisa sembuh seiring dengan
pemakaian aspirin.
2. 5-fluorouracil
dan levamisole dapat menurunkan angka kematian pada pasien stadium C
3. Celexocib
menurunkan reaktivasi adenoma pada pasien dengan Familial Adenomatous Polyposis
Non
medika mentosa
·
Pembedahan
1. Bedah
curative
Ø Bila
tumor ditemukan pada daerah terlokalisir
Ø Membuang
bagian terkena tumor & sekelilingnya
Ø TME
( Total mesorectal exciaon ) : tindakan membuang usus dlm jumlah signifikan
& kedua ujung tersisa dijahit lagi. Diperlukan kantong kolostomi
2. Bedah
palliative
Ø Membuang
tumor primer
3. Bedah
bypass
4. Fecal
diversion
5. Open
– close
·
Terapi non bedah
1. Kemoterapi:
untuk mengurangi terjadinya metastasis, perkembngan sel tumor, mengecilkan
ukuran/memperlambat pertumbuhan
2. Radioterapi:
paling sering pada kanker rektal karena punya efek samping & sulit
ditembakan pada bagian spesifik kolon
3. Imunoterapi
4. Vaksin
5. Terapi
suportif dari keluarga, kerabat & suami/istri
Tabel
rekomendasi screening bagi ca colon dan prolaps
Kategori resiko
|
Metode screening
|
Umur mulai screening
|
Resiko rata-rata
|
1.
tes
feses darah tahunan
2.
sigmoidoskopi
fleksibel tiap 5 th
3.
FOBT
tahunan tiap 5 th
4.
Barium
enema double kontras tiap 10 th
|
50 Th
|
Riwayat keluarga
|
Pilihan metode :
1.
kolonoskopi
: tiap 10 th
|
40 th
|
Herediter non poliposis Ca
colon
|
Kolonoskopi tiap 1 th hingga 3
th,konsultasi dan tes genetika
|
21 th
|
Familikal adenomatosis
poliposis.
|
Sigmoidoskopi
fleksibel/kolonoskopi tiap ½ th.
|
Pubertas
|
Kolitis ulseratif
|
Konsultasi genetik
Kolonoskopi dengan biopsi untuk
displasia tiap ½ th
|
7-8 th setelah di diagnosa
pankolitis,12-15 th setelah didiagnosa kolitis
|
G. KOMPLIKASI
Ca
colon dapat menyebabkan obstruksi usus partial atau total dan hemorargi karena
ulserasi pada pembuluh darah disekitar kolon. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses peritonitis dan atau sepsis sehingga dapat
menimbulkan syok serta pembentukan fistula pada vesika urinaria/vagina.
H. PROGNOSIS
Prognosis
tergaantung kedalaman penetrasi tumor yang dapat diklasifikasikan berdasarkan:
Tabel
klasifikasi Dukes untuk Ca colorectal
STADIUM
|
Deskripsi
Histopatologis
|
Bertahan
5 tahun (%)
|
||
DUKES
|
TNM
|
Derajat
|
||
A
|
T1N0M0
|
I
|
Kanker terbatas pada mukosa /
submukosa
|
>90
|
B1
|
T2N0M0
|
I
|
Kanker mencapai muskularis
|
85
|
B2
|
T3M0N0
|
II
|
Kanker cenderung masuk atau melewati
lapisan serosa
|
70 – 80
|
C
|
TxN1M0
|
III
|
Tumor melibatkan KGB regional
|
35 – 65
|
D
|
TxNxM1
|
IV
|
Metastasis
|
5
|
DAFTAR PUSTAKA
-
Price SA, Wilson LM, 1994. Patofisiologi,
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC.
-
Swartz MH. 1995. buku ajar Diagnostik
Fisik. Jakarta:EGC.
-
Syamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004. buku
ajar Ilmu Bedah 2nd ed. EGC: jakarta.
-
Robbins, L stanley.2007. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC
-
Sudoyo, AW dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid 1. Jakarta: FKUI
-
Asdie, Ahmad ed. 2000. Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC
-
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
-
Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar